“Dananya terkumpul dari hasil donasi, kita membuka posko di depan masjid. Kita sengaja tidak membuat kotak di pinggir jalan karena menurut kami hal itu sangat mengganggu,” katanya.
Bangunan yang sedang digarap itu bakal difungsikan sebagai tempat wudhu dan tempat pengajian alquran (TPA).
Hidupkan ekonomi masyarakatTak sekadar menampilkan kemegahan, Masjid Baiturrahman mencoba pula berperan seperti masa Rasulullah SAW, yakni sebagai penggerak ekonomi umat.
Seperti dikatakan Lamin bin Nirun, sejak sepuluh tahun lalu pihaknya telah melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Bentuknya dengan memberikan bantuan modal usaha.
Besarannya antara Rp 500 ribu-Rp 1,5 juta. “Alhamdullilah sekarang ini sudah berjalan untuk 13 orang. Mereka menggunakannya untuk modal usaha berdagang warung maupun kelontongan,” katanya.
Pendanaan ini, kata Lamin, berasal dari zakat mal yang diberikan para muzakki—orang yang memberikan zakat. Biasanya, dana itu dikeluarkan menjelang Idul Fitri atau hari-hari tertentu. “Uang dari zakat mal ini kita pisahkan dari dana kas harian. Dari sanalah uang tersebut kami berikan untuk membantu warga sekitar kami,” kata Lamin.
Kriteria warga yang menerima bantuan, kata Lamin, tidak sembarangan. Salah satu yang diperhatikan adalah warga tersebut harus sering berjamaah di masjid. Selain itu, yang bersangkutan memiliki usaha yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. “Jadi, kita tidak memberikan (bantuan) kepada sembarang orang.”
Ke depan, pengelola masjid ini juga sudah merancang sebuah program pendanaan untuk membantu pendidikan anak yatim. Dananya berasal dari uang kotak tromol yang dijalankan setiap Ahad pagi.
No comments:
Post a Comment